Stiker RF Edutoys

Stiker RF Edutoys
spanduk

Rabu, 15 April 2015

Raja Yang Tak Pernah Salah

     Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan, tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orangtua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, "Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama mukul kursi/mejanya... sudah cup... cup... diem ya... Akhirnya si anak pun terdiam.

     Ketika proses pemukulan tehadap benda-benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak bahwa ia tidak pernah bersalah. Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan, sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

     Kita sebagai orangtua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan kepada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarinya untuk tidak pernah merasa bersalah.

     Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru belajar berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): "Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu, supaya tidak membentur lagi." 

Kita Adalah Produk Kesalahan Pendidikan Masa Lalu

Mendiang Presiden Kennedy pernah mengatakan, "Apa yang kita alami sekarang adalah hasil dari pemikiran kita terdahulu dan apa yang kita capai sekarang adalah hasil dari rencana hidup kita terdahulu." Saya ingin menanggapinya dengan pernyataan berikut: cara kita mendidik anak saat ini adalah hasil dari bagaimana dulu kita dididik oleh orangtua kita. Cara pandang tentang anak kita hari ini adalah apa yang dulu pernah dipikirkan oleh orangtua kita tentang kita. Jadi, jika kita ingin masa depan anak sukses, mulailah meletakan cara berpikir dan mendidik yang tepat hari ini juga.

a. jangan khawatir apabila potret kita buruk di mata anak karena kita adalah produk kesalahan         pendidikan masalalu
    Apa pun hasilnya, sebaiknya kita terima dengan lapang hati. Justru dari sinilah kita bisa membuka dialog.       Mengapa anak kita bisa memberi kesimpulan seperti itu? Kapan kejadiannya? Apa kejadian persisnya?         Lalu, jelaskan apa maksud kita sesungguhnya. Coba temukan dan rundingkan bersama, mengapa anak         bisa salah menangkap maksud kita? Minta pendapat anak cara yang tepat yang bisa dilakukan pada masa     mendatang.

    Kita harus bisa menerima masukan anak kita, apa pun hasilnya. Ya..., begitulah pandangan orang lain             terhadap diri kita. Upaya penting yang perlu dilakukan adalah memaafkan diri sendiri bila hasilnya terlalu       buruk karena saat ini sesungguhnya hasil pendidikan masa lalu dari orangtua kita. Dan, orangtua kita dulu       juga hasil didikan dari orangtuanya, begitulah seterusnya. Sebagian besar cara mendidik yang kita lakukan     adalah warisan alias turun-temurun. 

b. Masalahnya adalah akankah kita pertahankan dan wariskan pada anak kita...?
    Jika ternyata orangtua kita dulu mendidik dengan cara yang tidak baik, segera maafkanlah karena bisa jadi     orangtua kita dulu dididik oleh orangtuanya jauh lebih buruk lagi. Bisa jadi, orangtua Anda tidak tahu             bagaimana caranya harus mendidik anak-anak dengan baik. Masalahnya, saat itu jarang atau bahkan tidak     ada sekolah, referensi, atau sumber informasi yang dibutuhkan agar menjadi orangtua yang baik. Belum         lagi faktor ekonomi yang cukup sulit untuk menyekolahkan anak-anaknya kala itu.

    Bersyukurlah jika kita saat ini sedang membaca buku ini. Ini pasti bukan suatu kebetulan karena memang       tidak ada kejadian yang kebetulan di dunia ini. Semuanya sudah didesain oleh Yang Maha Pengasih.             Mungkin Tuhan telah menunjuk Anda untuk memutus mata rantai cara mendidik yang keliru itu. Terimalah     amanat ini karena kalau bukan kita siapa lagi, akankah tradisi mendidik yang buruk ini diturunkan pada         anak dan generasi seterusnya...?

    Jika Anda berani menerima amanat yang sungguh besar ini, sesungguhnya Anda adalah pahlawan bagi           silsilah keluarga Anda, termasuk bagi bangsa ini. Sesungguhnya Tuhan begitu mencintai orang-orang yang       hidupnya dipenuhi dengan rasa kasih dan penuh maaf, serta penerimaan yang tinggi.

    Mari kita bersama-sama menjadi orang-orang yang dicintai Tuhan... dan anak-anak kita                     tentunya.